TENTANG

BaCAA #3 exist at the time when Indonesian art world climate was dwindling. It nevertheless broke through by giving more awards toward experimental works. Leonardiansyah Allenda and his untitled work, M. Akbar’s “Gaze Control #2,” Syaiful Garibaldi’s “Atoah Epok: Ehoor Lamura (Like Art: Fungal Statement),” and “Layers” by Mujahidin Nurrahman were awarded the 3rd BaCAA. Each works toward drawing complexities within each’s theme and context, sharing a gesture in subverting the meanings found in given structures and through unconventional medium. BaCAA #3 proves that context itself may become an entrance for assessing the strengths within a work.

 

INFORMASI

Malam Penganugerahan:
10 Mei 2013

 

Tanggal Pameran:
10 Mei - 10 Juni 2013

DAFTAR PEMENANG
GALLERI FOTO (0)
Lihat
DEWAN JURI
Asmudjo Jono Irianto (Indonesia)

Asmudjo menyelesaikan pendidikan sarjana dan masternya di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Asmudjo kemudian dikenal sebagai seniman, kurator dan pengajar. Dirinya juga aktif menguratori pameran seperti 'Yogyakarta Biennial VI', di Taman Budaya Yogyakarta tahun 1999; Wood & Good: Kriya Kayu Kontemporer Indonesia 2014 di Ciputra Artpreneur Center; Indonesian Contemporary Fiber Art #1: Mapping, Art One Gallery tahun 2012; Trienal Seni Patung Indonesia #2: Versi tahun 2014 di Galeri Nasional Indonesia; Bandung Contemporary Art Award Assemblage tahun 2019. Selain itu tercatat juga proyek-proyek seperti Jakarta Contemporary Ceramic Biennale tahun 2009 diikuti oleh Jakarta Contemporary Ceramic Biennale ke-3 tahun 2014 berjudul Coefficient of Expansion –salah satu proyek terbarunya adalah Akal tak Sekali Datang, Runding tak Sekali Tiba yang mewakili Indonesia di Venice Art Biennale, Italia 2019. 

Hady Ang (Singapura)

Seorang kolektor asal Singapura dengan latar belakang bisnis konstruksi dan teknik. Dirinya telah mengoleksi karya seni rupa kontemporer selama lebih dari satu dekade. Beberapa interes utamanya adalah trilogi khusus dalam mengoleksi, yaitu PIGS (Politics, Immortality, and Gods). Baginya, seorang kolektor dapat berperan sebagai seorang pengarsip dan sejarawan Dirinya tercatat sebagai ‘Asia’s Top Collector You Must Know’ yang dimuat dalam cobosocial.com dan salah satu koleksinya ditampilkan dalam IMPART Collector's Show tahun 2019 di ArtScience Museum Singapore.

Melati Suryodarmo ( Indonesia )

Melati Suryodarmo menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakutas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Padjajaran. Kemudian sarjana seni rupa dan master performance art di Hoschschule Fuer Bildende Kuenste Braunchsweig, Jerman –di bawah Bimbingan Marina Abramovic. Kini dirinya sedang menempuh pendidikan Ph.D riset artistik/seni sebagai praktik, di Institut Seni Indonesia Surakarta. Selain itu ia adalah direktur artistik Jakarta Biennale 2017: ‘Jiwa’, dan direktur serta kurator dari Undisclosed Territory, Performance art festival di Surakarta . Pameran/performans tunggalnya tercatat pada Loneliness In The Boundaries (Cemeti Art House, Indonesia), The Promise (Stuttgart, Jerman), Solitaire (Valentine Willie Fine Arts, Kuala Lumpur, Malaysia), I am a ghost in my own house (Lawangwangi Creative Space, Bandung Indonesia).

Naima Morelli ( Italia )

Penulis, kritikus dan jurnalis seni rupa, dengan ketertarikan khusus pada seni rupa kontemporer dari Asia Pasifik, berfokus pada Singapura, Indonesia dan Australia. Dirinya merupakan kontributor untuk CoBo Social, Culture360, ArtsHub, NY Arts, dan Middle East Monitor. Morelli juga menulis buku berjudul "Arte Contemporanea in Indonesia", yang dipublikasikan di Italia. Latar belakang pendidikannya berasal dari Accademia di Belle Arti in Rome, jurusan kritik seni. Dirinya tertarik dalam situasi yang terhubung antara seni rupa kontemporer di Indonesia, Asia Tenggara dan posisinya di Eropa, guna menemukan koneksi dan pemahaman melalui seni dan budaya.

Pei Yu Lin ( Taiwan )

Seorang ahli galeri yang menangani Fulfill Art Space yang berdiri sejak Agustus 2008 di Taipei –dengan tujuan ketersediaan ruang seni rupa kontemporer dan misi untuk membantu perkembangan seni berbasis projek yang berbeda/khusus secara konsepsi maupun estetis. Pei Yu Lin meraih pendidikan sarjananya di Ming Chuan University, Taiwan dan gelar master di New York University jurusan Visual Art Administration. 

 

Wiyu Wahono ( Indonesia )

Seseorang kolektor dengan tingkat intelektual dan eksperimen khusus dalam bidang mengkoleksi, mengenal perannya sebagai seorang ‘Cultural Engineer’. Kegiatan mengoleksinya berdasar pada karya-karya yang merefleksikan semangat waktu terkini, dengan variasi medium beragam mulai dari instalasi audio-visual, bio-art, light art, sound art, video mapping, dan sebagainya. Koleksi milik Wiyu Wahono pernah ditampilkan dalam National Museum Liechtenstein, Asia Society Museum New York dan 21st Century Museum of Contemporary Art, Kanazawa; dan sebagai seorang pembicara ia sudah sering diundang untuk berbicara dalam berbagai jenis seminar –lokal atau internasional. Board Of Young Collectors dari Art Jakarta dan Honorary Board of Patrons dari Singapore Art Fair. Semenjak awal inisiasi BaCAA pun dirinya sudah berperan secara aktif sebagai juri. Lahir di Jakarta, dan meraih gelar P.Hd dari teknologi plastik di Technical University Of Berlin, Jerman.

ARSIP BaCAA